Untuk kamu, setengah nyawaku
Ku tahu kau bukan milikku
Terkadang bermimpi lebih
Engkau nanti milikku
Untuk kamu, peluluh hatiku
Yang juga patahkan hatiku
Kusadar, aku yang salah
Mendalami hidupmu
****
Aku menemukannya setelah sepuluh tahun berlalu.
Ketakutan akan sikap ketusnya masih menghantuiku. Trauma diabaikan itu masih melekat dalam ingatanku.
Tapi semuanya mengalir begitu saja.
Dia masih hangat seperti dulu. Mungkin ini hanya sekedar eforia sebuah pertemuan yang mustahil terjadi.
Takdir telah memisahkan keadaan dan jarak tak hanya sejengkal.
Hingga suatu hari semua berubah haluan.
Diam
Pergi
Menghilang tanpa penjelasan membuatku limbung.
Seperti orang memanjat pohon pelan-pelan lantas tertiup angin dan peganganmu tak kuat maka yang terjadi jatuh terhempas.
Tersungkur dan sakit tak berdarah. Beruntung aku tak sampai mati. Nyaris saja.
Kukira hal itu bisa menyadarkanku bahwa aku memang tak pernah diinginkannya sejak dulu.
Aku bisa menghapusnya dari hidupku yang orang di luar sana pandang sudah beruntung.
Aku berjuang bangkit, mengobati segala rasa sakit sekaligus rindu yang menghujam.
No comments:
Post a Comment